"Ayo cepat naik! Kita harus keluar dari sini," Seru Arya kepada ketiga temannya itu.
"Tapi sampai kapan kita harus terhebak disini?!! Aku capek, Ar! Berhari-hari kita ngikutin permainan konyol ini. Lama-lama kita bisa mati!"
Untuk kesekian kalinya Devi terlihat kepanikan. Tampak dari wajahnya yang semakin memucat dan terus menahan tangis. Tangga melingkar yang mereka daki seolah jauh dan tak berujung. Sementara rasa takut dan gelap terus saja melingkari batin mereka.
Randi yang sejak tadi merangkul Linda juga terlihat kualahan meniti tangga. Namun rasa capai itu harus ia tahan mengingat kaki Linda yang masih sakit karena terkilir. Sepanjang anak tangga hanya dihiasi cahaya lilin yang menuntun mereka menuju puncak menara. Tak ada kebahagiaan bagaikan penjara.
Cukup lama mereka mendaki, kini mereka telah berada di lantai teratas. Namun tetap saja mereka tak gembira karna yang mereka dapati hanyalah sesosok makhluk menyeramkan yang tengah duduk bersemayam di sebuah kursi sandar yang berhadapan dari mereka.
"Wahai manusia, bagaimana dengan petualangan kalian? menyenangkan bukan? Huahahahaha... Perkenalkan, aku Korbelus, sang utusan untuk menyambut kalian disini. Kalian memang layak diberikan ucapan selamat karena kalian telah menaklukan enam rintangan sebelumnya. Namun segera musnahkan harapan kalian untuk selamat! Karena disini, ditingkat ini, ditingkat yang penuh penderitaan ini, kalian akan menerima kutukan berantai yang menghancurkan jiwa kalian. Hingga membuat kalian membuntuk dan bertekuk lutut dihadapanku. Huahhahaha..." Ucap makhluk mengerikan itu.
"Hei, apa yang kau inginkan, Makhluk jelek? Cepat keluarkan kami dari sini!" Seru Randi setengah teriak.
"Hahahaha.... Tidak semudah itu, Makhluk kecil. Kalian harus melewati rintangan singgasanaku. Rookery! Berikan mereka hidangan lezat untuk kita saksikan!"
Secara tiba-tiba, munculah tiga sosok siluman gagak dari gumpalan kabut asap. Sosok yang menyeramkan. Bertubuh besar, bersayap lebar, dan berparuh merah. Bersama sebuah tombak yang bertengger kokoh diantara jari-jemarinya yang tajam.
"Huksaladamsalagazam!" Ucap ketiga siluman gagak itu menyerukan sebuah mantra.
Kemudiam masing-masing dari tombaknya terluncur garisan sinar laser yang menembak ke langit langit. Hingga sinar itu menggumpal dan membentuk sebuah bulatan besar bercahaya orange.
"A.. Apa itu?" Arya bertanya-tanya.
"Ketiga bola besar itu benda apa, hey?" Tambah tanya Randi.
"Hahahaha... Tak perlu cemas, Manusia. Ini adalah tiga buah detonator yang akan meledak dalam jangka waktu 120 jam. Apabila tidak dihentikan, maka bom ini mampu meluluh lantakan seluruh isi yang ada di menara ini. Termasuk nyawa kalian. Huahahaha... Rookery, jalankan waktunya!"
Ketiga gagak itu pun segera menurunkan tombaknya. Kemudian berkata, "Jinjahuselazel!"
Setelah diserukan mantra, lantas ketiga benda yang disebut peledak itu pun berputar perlahan dan tampak dari dalamnya terpapar angka waktu yang terhitung mundur.
"Hah.. Sihir apa yang kau pergunakan? Jangan membuat kami kembali menuruti permainan anehmu itu. Cepat keluarkan kami!" Bentak Randi kembali.
"Jika kalian ingin keluar, kalian harus mengucapkan mantra sihir pada kotakan dinding disebelahku ini. Apabila mantra telah diucapkan, maka akan muncul gerbang portal dari sana yang akan membawa kalian kedunia asal kalian. Namun, aku tak akan memberitahu mantra sihirnya sebelum kalian berhasil menghentikan ketiga detonator tersebut," timpal Korbelus.
"Duuh.. Bagaimana ini.. Aku takut.. Aku mau pulang," Keluh devi.
"Jangan panik, Vi. Kita pasti bisa keluar dari sini," Arya menenangkan.
"Lalu, bagaimana cara kami untuk dapat menghentikan detonator itu?" Ganti Linda bertanya.
"Kalian harus menekan angka rahasia pada papan tombol yang diberikan anak buahku nanti. Masing-masing detonator memiliki digit angka rahasia yang berbeda untuk menghentikannya. Untuk lebih jelasnya, hampiri mereka satu per satu. Kalian akan diberikan arahan selanjutnya. Selamat berjuang, Manusia! Huahahaha..."
Dengan kesal, Arya dan teman-temannya pun pergi dan menghampiri siluman gagak yang pertama. Dan dengan sedikit rasa takut, Arya berkata, " Hai gagak, bagaimana cara menghentikan detonator pertama ini?"
Sang gagak pun menatap balik dan berkata, "Pegang ini!" Ia mengulurkan papan tombol. "Tekan delapan digit angka rahasia untuk menghentikan detonator," tambahnya.
"Bagaimana cara kami mengetahui kedelapan digit itu?" Tanya Randi kembali.
"Ambil gulungan yang tergantung di dinding itu. Kalian harus memecahkan teka-teki yang ada di dalamnya. Setelah terpecahkan, maka kalian akan mengetahui angka rahasianya." Jawab gagak itu sambil merebahkan kedua sayapnya.
Lantas Devi menggapai gulungan yang tergantung di dinding sebelahnya. Kemudian disodorkannya itu diantara teman-temannya sebelum ia membuka gulungan yang tampak rusak itu.
"Tapi sampai kapan kita harus terhebak disini?!! Aku capek, Ar! Berhari-hari kita ngikutin permainan konyol ini. Lama-lama kita bisa mati!"
Untuk kesekian kalinya Devi terlihat kepanikan. Tampak dari wajahnya yang semakin memucat dan terus menahan tangis. Tangga melingkar yang mereka daki seolah jauh dan tak berujung. Sementara rasa takut dan gelap terus saja melingkari batin mereka.
Randi yang sejak tadi merangkul Linda juga terlihat kualahan meniti tangga. Namun rasa capai itu harus ia tahan mengingat kaki Linda yang masih sakit karena terkilir. Sepanjang anak tangga hanya dihiasi cahaya lilin yang menuntun mereka menuju puncak menara. Tak ada kebahagiaan bagaikan penjara.
Cukup lama mereka mendaki, kini mereka telah berada di lantai teratas. Namun tetap saja mereka tak gembira karna yang mereka dapati hanyalah sesosok makhluk menyeramkan yang tengah duduk bersemayam di sebuah kursi sandar yang berhadapan dari mereka.
"Wahai manusia, bagaimana dengan petualangan kalian? menyenangkan bukan? Huahahahaha... Perkenalkan, aku Korbelus, sang utusan untuk menyambut kalian disini. Kalian memang layak diberikan ucapan selamat karena kalian telah menaklukan enam rintangan sebelumnya. Namun segera musnahkan harapan kalian untuk selamat! Karena disini, ditingkat ini, ditingkat yang penuh penderitaan ini, kalian akan menerima kutukan berantai yang menghancurkan jiwa kalian. Hingga membuat kalian membuntuk dan bertekuk lutut dihadapanku. Huahhahaha..." Ucap makhluk mengerikan itu.
"Hei, apa yang kau inginkan, Makhluk jelek? Cepat keluarkan kami dari sini!" Seru Randi setengah teriak.
"Hahahaha.... Tidak semudah itu, Makhluk kecil. Kalian harus melewati rintangan singgasanaku. Rookery! Berikan mereka hidangan lezat untuk kita saksikan!"
Secara tiba-tiba, munculah tiga sosok siluman gagak dari gumpalan kabut asap. Sosok yang menyeramkan. Bertubuh besar, bersayap lebar, dan berparuh merah. Bersama sebuah tombak yang bertengger kokoh diantara jari-jemarinya yang tajam.
"Huksaladamsalagazam!" Ucap ketiga siluman gagak itu menyerukan sebuah mantra.
Kemudiam masing-masing dari tombaknya terluncur garisan sinar laser yang menembak ke langit langit. Hingga sinar itu menggumpal dan membentuk sebuah bulatan besar bercahaya orange.
"A.. Apa itu?" Arya bertanya-tanya.
"Ketiga bola besar itu benda apa, hey?" Tambah tanya Randi.
"Hahahaha... Tak perlu cemas, Manusia. Ini adalah tiga buah detonator yang akan meledak dalam jangka waktu 120 jam. Apabila tidak dihentikan, maka bom ini mampu meluluh lantakan seluruh isi yang ada di menara ini. Termasuk nyawa kalian. Huahahaha... Rookery, jalankan waktunya!"
Ketiga gagak itu pun segera menurunkan tombaknya. Kemudian berkata, "Jinjahuselazel!"
Setelah diserukan mantra, lantas ketiga benda yang disebut peledak itu pun berputar perlahan dan tampak dari dalamnya terpapar angka waktu yang terhitung mundur.
"Hah.. Sihir apa yang kau pergunakan? Jangan membuat kami kembali menuruti permainan anehmu itu. Cepat keluarkan kami!" Bentak Randi kembali.
"Jika kalian ingin keluar, kalian harus mengucapkan mantra sihir pada kotakan dinding disebelahku ini. Apabila mantra telah diucapkan, maka akan muncul gerbang portal dari sana yang akan membawa kalian kedunia asal kalian. Namun, aku tak akan memberitahu mantra sihirnya sebelum kalian berhasil menghentikan ketiga detonator tersebut," timpal Korbelus.
"Duuh.. Bagaimana ini.. Aku takut.. Aku mau pulang," Keluh devi.
"Jangan panik, Vi. Kita pasti bisa keluar dari sini," Arya menenangkan.
"Lalu, bagaimana cara kami untuk dapat menghentikan detonator itu?" Ganti Linda bertanya.
"Kalian harus menekan angka rahasia pada papan tombol yang diberikan anak buahku nanti. Masing-masing detonator memiliki digit angka rahasia yang berbeda untuk menghentikannya. Untuk lebih jelasnya, hampiri mereka satu per satu. Kalian akan diberikan arahan selanjutnya. Selamat berjuang, Manusia! Huahahaha..."
Dengan kesal, Arya dan teman-temannya pun pergi dan menghampiri siluman gagak yang pertama. Dan dengan sedikit rasa takut, Arya berkata, " Hai gagak, bagaimana cara menghentikan detonator pertama ini?"
Sang gagak pun menatap balik dan berkata, "Pegang ini!" Ia mengulurkan papan tombol. "Tekan delapan digit angka rahasia untuk menghentikan detonator," tambahnya.
"Bagaimana cara kami mengetahui kedelapan digit itu?" Tanya Randi kembali.
"Ambil gulungan yang tergantung di dinding itu. Kalian harus memecahkan teka-teki yang ada di dalamnya. Setelah terpecahkan, maka kalian akan mengetahui angka rahasianya." Jawab gagak itu sambil merebahkan kedua sayapnya.
Lantas Devi menggapai gulungan yang tergantung di dinding sebelahnya. Kemudian disodorkannya itu diantara teman-temannya sebelum ia membuka gulungan yang tampak rusak itu.
Step 1: Step 2: Step3: |
"Apa ini? Mengapa begitu rumit dan berbelit-belit?" Protes Randi.
Sementara sang gagak hanya tertawa kecil. Kemudian mengangkat tombaknya seraya berkata, " Justru itulah yang kami ingin ujikan kepada kalian. Seberapa cerdas makhluk yang namanya manusia itu. Hanya sebatas ini kah?"
"Tenang teman-teman, jangan terbawa emosi. Kita harus berfikir tenang agar kita mampu menyelesaikan kasus ini," ucap Arya.
Mereka pun segera duduk di bangku yang melingkari sebuah meja yang telah disiapkan. Mencoba menenangkan pikiran untuk memulai menggarap teka-teki itu. Berkali-kali terkaan salah, berkali-kali menemukan kebuntuan, dan berkali-kali mengulang kegagalan.
Sedetik, semenit, satu jam, dan hingga satu hari lebih waktu berlalu. Arya, Randi, Devi, dan Linda akhirnya berhasil menemukan keselarasan. Hingga mereka memperoleh kedelapan digit angka yang tepat untuk menghentikan detonatornya.
Detonator pertama pun berhenti berputar, cahayanya meredup dan menghilang. Mereka bersorak kegirangan. Dan tanpa membuang banyak waktu, mereka bergegas beranjak mendekati gagak kedua.
"Hai gagak, kami telah menghentikan detonator pertama, sekarang beri tahu kami bagaimana cara kami menghentikan detonator yang ini!"
"Ambil papan tombol ini. Dan ambil gulungan yang tergeletak di meja itu. caranya sama seperti yang tadi, kalian harus menekan tujuh digit angka rahasia untuk menghentikan detonator ini. Ketujuh angka rahasia itu terdapat dalam kasus di gulungan itu." Ujar sang gagak.
Arya mengambil papan tombol dan gulungan itu. Kemudian membukanya dan menunjukan kepada teman-temannya.
Step 1: Step 2: Step3: |
"Chronology......"
"Ya. Chronology sederhana." Tukas Arya seraya menekan senyum.
"Dia kira kita Detective pemula apa? Seenaknya saja meremehkan kita dengan kasus mudah begini." Randi menggelengkan kepala.
"Seandainya kuberikan kasus sulit, kalian tentua akan merasa kesulitan, dan pasti akan protes kepadaku," Potong sang gagak.
"Oh iya." Wajah Randi yang tadi terpajang angkuh, kini berubah menjadi tampak dungu.
Dalam keheningan, mereka mencoba memikirkan kembali teka-teki itu. Sesekali diantara mereka mendesah kecewa, mengerutkan kening, menggaruk-garuk kepala, dan kemudian tenang kembali seperti biasa. dan seperti yang mereka perkirakan, cukup membutuhkan waktu lima jam mereka mampu menaklukannya. Lantas detonator kedua pun mati.
Arya dan ketiga temannya itu melanjutkan langkah ke siluman gagak selanjutnya. Rasa cemas dan khawatir masih saja membelenggu walau mereka berhasil menghentikan dua buah detonator.
Negri sihir yang tampak mencekam tidak henti-hentinya berderai. Petir-petir tak lelah bergemuruh. Serigala tidak luput dari aumannya. Serta bulan super besar pun tak ketinggalan menemani malam gulita abadi yang tak berganti dan tiada habisnya.
"Halo tuan gagak, beritahu kami cara menghentikan detonatormu itu."
"Caranya sama seperti sebelumnya. Ada delapan digit angka rahasia untuk menghentikan detonatornya. Ambil papan tombol dan gulungan ini," Ucapnya sambil mengulurkan kedua benda itu.
Arya kembali membuka gulungan itu. Dan terlihatlah barisan yang tidak terlalu banyak kata.
[quote="Gulungan Ketiga"]
Step 1: Temukan negara apa saja yang terdapat di bawah ini:
1. Obor diangkat, Nobel ditimbang
2. Lubang di kaki gunung+pokok pikiran+tangga nada ke enam.
3. Great Red Island
4. Sebuah lambang bertengger di pojok kiri bagian kuning, delapan bintang berkumpul membentuk pinggiran busur di atas langit biru, serta lautan merah dibawahnya.
5. [spoiler=gambar]

Step 2: Jika angka Urutan Indonesia di dalam X = 60 , dan anggota X (pada : 2011) = 193 , dan X bermarkas di Newyork City, serta X berdiri pada tanggal 24 Oktober 1945.
maka, berapa angka Urutan di lima negara yang tersirat diatas?
Step 3: Angka Urutan dari kelima negara itulah jika digabungkan anda akan mendapatkan angka rahasianya.
[/quote]
"Mencari negara, huh? Hal mudah bagi kami."
Mereka pun kembali berfikir. Kali ini sedikit ceria dari sebelumnya. Walau tak pernah keliling dunia, tapi mereka telah mempelajari sebagian tentang profil-profil negara di berbagai belahan dunia.
Untuk mempersingkat cerita, akhirnya mereka berhasil menghentikan ketiga detonator.
Langkah mereka pun berlanjut ke penjaga utama lantai puncak. Kini hanya tinggal meminta cara untuk kembali ke dunia semula.
"Hei, kami sudah menghentikan ketiga detonator. Sekarang pulangkan kami!" Seru Randi.
"Hahahahaha.... Hebat sekali. Aku terpukau dengan kecerdasan kalian. Baiklah, aku akan memulangkan kalian. Tapi, kalian harus membuka gerbang portal di dinding persegi sebelahku ini."
"Hey, apa lagi mau mu? Apa lagi yang harus kami kalukan?"
"Kalian hanya perlu membuka gerbang portal itu jika ingin kembali," Jawab Korbelus.
"Bagaimana caranya?" Tanya Arya kembali.
"Gabungkan semua digit angka rahasia yang telah kalian dapatkan pada detonator pertama, kedua, dan ketiga. Maka kalian akan mendapatkan sebuah kata mantra. Ucapkan mantra itu, dan kalian pun akan pulang," Jelas Korbelus kembali.
Linda kembali membuka catatan kecilnya, Arya dan Devi kembali mengutak-atik angka, sementara Randi hanya mondar-mandir kebingungan.
Randi memperhatikan lebih teliti dinding persei itu. Kemudian berkata, "Dinding itu bergambar `Strip and Star`, seperti bendera negara Jepang."
"Bodoh! Bendera negara Jepang itu `Hinomaru`," Sahut Linda.
" Strip and star?" Gumam Arya dalam hati. Kemudian matanya membelalak, yang kemudian menekan senyum. "Mungkin itu," Ucapnya lembut.
Tak lama setelah itu, Arya bangkit dari kursinya, mengepalkan tangan dan mengangkatnya. Seolah tonggak kemenangan telah berada digenggamannya. Kemudian berkata, "Satu kata mantra yang akan membawa kami pulang, satu kata yang membuat kami pergi dari tempat busuk ini, dan satu kata yang mengembalikan kami ke tempat semula. Satu kata itu ialah........................."[]